LAPORAN ANALISA
KUALITATIF KARBOHIDRAT
Di susun Oleh:
Kelompok 3
Riko Irwanto (A1D010004)
Wiwit Sutiani (A1D010012)
Anika Sri (A1D010013)
Rin Anggraini (A1D010029)
Ririn Kurniati (A1D010023)
Rahmad Darmawan (A1D010043)
Leztia Fahlevi (A1D010031)
FAKULTAS
KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS
BENGKULU
TAHUN 2011/2012
BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar
Belakang
Karbohidrat merupakan polihidroksi aldehida atau keton, atau senyawa
yang menghasilkan senyawa ini bila dihidrolisa. Secara umum terdapat tiga macam
karbohidrat berdasarkan hasil hidrolisisnya, yaitu monosakarida, oligosakarida,
dan polisakarida. Oligosakarida adalah rantai pendek unit monosakarida yang
terdiri dari 2 sampai 10 unit monosakarida yang digabung bersama-sama oleh
ikatan kovalen dan biasanya bersifat larut dalam air. Polisakarida adalah
polimer monosakarida yang terdiri dari ratusan atau ribuan monosakarida yang
dihubungkan dengan ikatan 1,4-a-glikosida (a=alfa)
Didalam dunia hayati, kita dapat mengenal berbagai jenis
karbohidrat, baik yang berfunsi sebagai pembangun struktur maupun yang berperan
funsional dalam proses metabolisme. Berbagai uji telah dikembangkan untuk
analisis kualitatif maupun kuantitatif terhadap keberadaan karbohidrat, mulai
dari yang membedakan jenis-jenis karbohidrat dari yang lain sampai pada yang
mampu membedakan jenis-jenis karbohidrat secara spesifik. Uji reaksi tersebut
meliputi uji Molisch, Barfoed, Benedict, Selliwanof dan uji Iod.
Kedudukan karbohidrat sangatlah penting pada manusia dan hewan
tingkat tinggi lainnya, yaitu sebagai sumber kalori. Karbohidrat juga mempunyai
fungsi biologi lainnya yang tak kalah penting bagi beberapa makhluk hidup
tingkat rendah, ragi misalnya, mengubah karbohidrat (glukosa) menjadi alkohol
dan karbon dioksida untuk menghasilkan energi
2
C6H12O6 ——> 2C2H5OH + 2CO2 +
energi
1.2
Tujuan
Ø Mengetahui
ada tidaknya kandungan karbohidrat dalam suatu sampel dapat dilakukan dengan
uji Molish, Uji Biol, Uji Orsinol, dan Seliwanof.
Ø Menguji
adanaya gugus aldehid atau sifat reduksi dapat dilakukan dengan uji Barfoed,
Fuchsin, Tollens, Fehling, dan Benedict.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Karbohidrat
merupakan senyawa karbon, hydrogen dan oksigen yang terdapat dalam alam. Banyak
karbohidrat mempunyai rumus empiris CH2O. Karbohidrat
sebenarnya adalah polisakarida aldehida dan keton atau turunan mereka. Salah
satu perbedaan utama antara pelbagai tipe tipe karbohidrat ialah ukurannya.
Monosakarida adalah satuan karbohidrat yang tersederhana, mereka tidak dapat
dihidrolisis enjadi molekul karbohidrat yang lebih kecil. Monosakarida dapat
diikat bersama-sama membentuk dimer, trimer dan sebagainya dan akhirnya
polimer.. Sedangkan monosakarida yang mengandung gugus aldehid disebut
aldosa.Glukosa, galaktosa, ribose, dan deoksiribosa semuanya adalah aldosa. Monosakarida
seperti fruktosa dengan gugus keton disebut ketosa. Karbohidrat tersusun dari
dua atau delapan satuan monosakarida dirujuk sebagai oligosakarida (Fessenden, 1990).
Karbohidrat adalah polihidroksildehida
dan keton polihidroksil atau turunannya. Selain itu, ia juga disusun oleh dua
sampai delapan monosakarida yang dirujuk sebagai oligosakarida. Karbohidrat
mempunyai rumus umum Cn(H2O)n. Rumus itu membuat para
ahli kimia zaman dahulu menganggap karbohidrat
adalah hidrat dari karbon.Penting bagi kita untuk lebih banyak mengetahui tentang karbohidrat beserta
reaksi-reaksinya, karena ia sangat penting bagi kehidupan manusia dan mahluk hidup
lainnya (Anonim1,2011).
Karbohidrat yang tidak bisa dihrolisis
ke susunan yang lebih simpel dinamakan monosakarida, karbohidrat yang dapat
dihidrolisis menjadi dua molekul monosakarida dinamakan disakarida. Sedangkan
karbohidrat yang dapat dihidrolisis menjadi banyak molekul monosakarida
dinamakan polisakarida. Monosakarida bisa diklasifikasikan lebih jauh, jika
mengandung grup aldehid maka disebut aldosa, jika mengandung grup keton maka
disebut ketosa. Glukosa punya struktur molekul C6H12O6, tersusun
atas enam karbon, rantai lurus, dan pentahidroksil aldehid maka glukosa adalah
aldosa. Contoh ketosa yang penting adalah fruktosa, yang banyak ditemui pada
buah dan berkombinasi dengan glukosa pada sukrosa disakarida (Morrison,1983).
Banyak tes digunakan untuk mengetahui
karakteristik karbohidrat. Uji Molisch adalah pengujian paling umum untuk semua
karbohidrat, ini berdasarkan kemampuan karbohidrat untuk mengalami dehidrasi
asam katalis untuk menghasilkan fulfural atau 5 hydroxymethylfurfural. Uji
Selliwanoff digunakan untuk membedakan ketosa (enam karbon gula yang mengandung
keton pada ujung sisi) dan aldosa (enam karbon gula yang mengandung aldehid
pada ujung). Keton mengdehidrasi dengan cepat menghasilkan 5
hydroxymethylfurfural,sedangkan aldosa lebih lambat. Sekali 5 hydroxymethylfurfural
dihasilkan, akan bereaksi dengan resosinol
menghasilkan warna merah. Uji Benedict digunakan untuk menentukan monosakari
dan disakarida yang mengandung grup aldehid yang dapat dioksidasi asam
karboksil. Gula akan mereduksi ion kupri pada larutan Benedict. Uji Barfoed
untuk memisahkan antara monosakarida dengan disakarida yang dapat mereduksi ion
kupri. Reagen barfoed bereaksi dengan monosakarida untuk menghasilkan kupri
oksida lebih cepat dibanding disakarida
(Eaton,1980).
Keberadaan karbohidrat dapat kita
lihat dengan uji Molisch atau uji bahan gula bebas, alkohol naphthol, dan H2SO4. Pada uji benedict ion kupriCu2+ direduksi menjadi Cu2O dalam larutan alkalin sitrat. Sitrat menahan
kestabilan Cu2+ selama reaksi dengan menjaga dari pengurangan
menjadi hitam, larutan CuO. Dalam uji Barfoed Cu2+
tereduksi menjadi Cu2O
pada larutan asam lemah. Secara praktek, dapat terlihat bahwa monosakarida
mengurangi lebih cepat pada larutan asam lemah daripada disakarida. Uji
Selliwanof reaksi spesifik warna untuk ketosa. Pada larutan HCl,ketosa
mengalami dehidrasi menjadi fulfural lebih cepat dibanding aldosa. Lebih jauh,
fulfural akan bereaksi dengan resolsinol menghasilkan warna. Dengan
konsekuensi, tingkat perkembangan warna dan resolsinol menyediakan bukti bahwa aldosa dan ketosa murni terdapat pada gula
(Clark,1964).
Uji Selliwanoff digunakan untuk
membedakan aldosa dan ketosa. Ketosa dan aldosa berbeda pada penyusun keton
atau aldehyd. Jika gula mengandung keton maka itu adalah ketosa, sedangkan jika
mengnadung adehid maka itu adalah aldosa. Tes ini berdasar atas jika dipanaskan
keton akan lebih cepat terdehidrasi dibanding aldosa. Reaksi Selliwanoff adalah
sebagai berikut Reagen yang digunakan adalah resosinol dan asam
hidrocloric (Anonim2,2011)
Kadar gula penyusun madu menurut SII
selama ini ditentukan berdasarkan total gula pereduksi sehingga belum bisa
diketahui kadar masing- masing gula penyusun madu tersebut. Madu mengandung
berbagai jenis gula pereduksi yaitu glukosa, fruktosa, dan maltosa. Penelitian
ini bertujuan untuk mengetahui kadar glukosa dan fruktosa dengam metode KCKT
terhadap dua jenis madu dari jenis bunga yang berbeda. Kondisi operasional KCKT
diatur pada suhu kolom 80ºC dan laju alir 1 mL/menit, menggunakan kolom
metacarb 87C dan eluen air deionisasi. Deteksi dilakukan dengan menggunakan
detektor indeks bias, dimana glukosa dan fruktosa dipisahkan pada waktu retensi
masing-masing
sekitar 6 dan 7 menit. Prosedur tersebut digunakan untuk penentuan kadar
glukosa dan fruktosa pada sampel madu yaitu madu randu dan madu kelengkeng.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa kadar glukosa pada madu randu adalah sebesar
27,13 % dan pada madu kelengkeng sebesar 28,09 %. Kadar fruktosa pada madu
randu sebesar 40,99 % dan pada madu kelengkeng sebesar 40,03 %. Hal ini
menunjukkan bahwa masing-masing sampel yang diteliti memiliki kadar glukosa dan
fruktosa yang sesuai dengan syarat mutu madu nasional dimana kandungan gula
pereduksi (glukosa dan frukosa) total adalah minimal 60%. Kadar gula pereduksi
total pada madu randu adalah sebesar 68,12 % sedangkan pada madu kelengkeng
sebesar 68,12% (Ratnayani,2008).
Tujuan penelitian ini adalah untuk
mengetahui pengaruh kosentrasi gelatin terhadap tekstur permen jelly rumput
laut dan mengetahui pengaruh perbandingan pemanis (sukrosa, glukosa dan
fruktosa) terhadap mutu organoleptik, sifat fisik dan kimia permen jelly rumput
laut (Eucheuma cottonii). Perlakuan gelatin
yang digunakan 5%, 7,5% ,10% dan control (0%) kemudian dilakukan uji
organoleptik, tekstur, warna dan penampakan produk keseluruhan. Sedangkan untuk
perlakuan perbandingan pemanis (sukrosa, glukosa dan fruktosa) dengan total
pemanis 16% pada setiap perlakuan adalah penambahan sukrosa (A1), penambahan
sirup glukosa dan sukrosa (A2), penambahan HFS dan sirup glukosa (A3),
penambahan HFS dan sukrosa (A4), penambahan sirup glukosa, HFS dan sukrosa
(A5). Hasil yang didapat bahwa konsentrasi gelatin 0% pada permen jelly paling
disukai oleh konsumen. Sedangkan mutu permen jelly rumput laut yang tebaik
dengan perbandingan pemanis (sukrosa, glukosa, dan fruktosa) terdapat pada perlakuan
penambahan perbandingan pemanis sirup glukosa dan sukrosa yang memiliki
kandungan kadar air 19,165%, kadar abu 0,305%, kadar lemak 1,16%, karbohidrat
76,31%, protein 2,625%, kadar serat kasar 3,806%, total gula 35,915%, pH 5,1 serta total kapang dan khamir 0,5x101 koloni/g
(Waryat,2006).
Tujuan penelitian ini adalah untuk
mengetahui bagaimana pengaruh lama penyimpanan terhadap kadar gula dan vitamin C serta
berapa hari penyimpanan
sebaiknya dilakukan. Percobaan meliputi 4 perlakuan dan 5 ulangan. Perlakuan yang dimaksud adalah
penyimpanan yaitu 0 hari ( kontrol ), 5 hari, 10 hari,
dan 15 hari. Parameter yang diamati adalah kadar gula, kadar vitamin C dan susut berat buah. Penelitian ini menggunakan Rancangan
Acak Lengkap (RAL),
apabila ada beda nyata dipaki uji lanjut Duncan pada taraf significan 5 %. Hasil penelitian ini menunjukan bahawa kadar
gula buah Jeruk Siam pada penyimapanan 5 dan 10 hari
mengalami kenaikan dibanding kontrol. Pada penyimapanan
15 hari kadar gula mulai menurun dibandingkan penyimpanan
5 dan 10 hari namun sama dengan kadar gula kontrol. Kadar vitamin C pada penyimapanan 5 hari tidak mengalami perubahan
dibandingkan kontrol namun mulai terjadi penurunan pada
penyimpanan 10 dan 15 hari (Helmiyesi, 2008).
BAB III
HASIL DAN PEMBAHASAN
3.1
Alat dan Bahan
Alat
|
Bahan
|
Ø Tabung
Reaksi
Ø Spot
Plate.
Ø Water
bath atau lampu bensin.
Ø Pipet
tetes
Ø Neraca analitik
Ø Rak
tabung reaksi
Ø Alat
penangas air
Ø Penjepit
|
Ø Glukosa
1 %, Fruktosa 1%, Maltosa 1%, sukrosa 1 % , Xylosa 1 %, Pati 1 %, Laktosa 1
%,Kentang, Larutan Tepung Beras, Tepung Ketan, Asam Sulfat Pekat.
Ø Larutan
Alpha naftol 5 % dalam etanol (dibuat baru).
Ø Larutan
Yodium (terdiri dari kristal yodium, kalium yodida, Aquades.
Ø Reagen
Benedict: A {(17,5 gr Sodium citrat + 10 gr Sodium carbonat) dalam 80 ml air
hangat )}. B. {(17,5 gr CuSo4 dalam 20 ml H2o)}. Campurkan A dan B
perlahan-lahan dan diaduk.
Ø Reagen
Seli wanoft, Larutan Molish.
|
3.2
Cara Kerja
A. Uji molish
Ø 3
ml sampel + 2 tetes pereaksi molish → campur rata
Ø Ditambahkan
perlahan-lahan melalui dinding tabung 3 ml asam sulfat pekat
Ø Jika
sampel mengandung KH, akan membentuk cincin
berwarna merah pada permukaan lapisan bawah. Warna merah segera berubah
menjadi ungu tua.
Ø Diamkan
2 menit + 5 ml air → endapan warna ungu
B. Uji KI (iodium)
Ø Pada
papan uji diteteskan bahan yang akan diuji, ditambahkan dengan 1 tetes iodium
encer dan campurkan merata.
C. Uji benedict
Ø 5
ml reaksi benedict dimasukkan ke dalam tabung reaksi
Ø Kemudian
ditambahkan 8 tetes larutan bahan yang diuji dicampur rata dan didihkan selama
5 menit biarkan sampai dingin.
Ø Jika
terdapat endapan → terdapat gula pereduksi, dan jika larutan jernih → uji
negatif
D. Uji fehling
Ø Sebanyak
2 tetes (0,05 g) sampel + 2 sampai 3 ml fehling dipanaskan dengan penangas air
3 – 4 menit amati endapan yang terjadi
Ø Jika
terdapat pereduksi warna biru pereaksi fehling hilang, endapan merah atau
kuning CU2O akan terbentuk.
BAB IV
HASIL DAN
PEMBAHASAN
4.1
Hasil Percobaan
A.
Tabel 1. Hasil uji molisch beberapa jenis karbohidrat
No
|
Cara
Kerja
|
Hasil
Pengamatan
|
1
|
Tepung Terigu +
Pereaksi Molish + 3 ml H2So4 + 5 ml air
|
Sama dengan sukrosa
|
2
|
Tepung Beras +
Pereaksi Molish + 3 ml H2So4 + 5 ml air
|
Sukrosa
|
3
|
Tepung Maizena +
Pereaksi Molish + 3 ml H2So4 + 5 ml air
|
Sukrosa
|
4
|
Amilum + Pereaksi
Molish + 3 ml H2So4 + 5 ml air
|
Berwarna putih keruh
& terdapat sedikit endapan
|
5
|
Sukrosa + Pereaksi
Molish + 3 ml H2So4 + 5 ml air
|
Endapan Ungu
|
6
|
Maltosa + Pereaksi
Molish + 3 ml H2So4 + 5 ml air
|
Terbentuk cincin
berwarna merah setelah diencerkan terdapat warna ungu.
|
7
|
Glukosa + Pereaksi Molish + 3 ml H2So4 + 5 ml air
|
Endapan ungu sedikit.
|
8
|
Fruktosa + Pereaksi Molish + 3 ml H2So4 + 5 ml air
|
Masih ada cincin
merah dan terdapat endapan ungu.
|
B. Tabel 3. Hasil Uji (Yodium)
No
|
Cara Kerja
|
Hasil Pengamatan
|
1
|
Tepung Terigu
+ KI + I2
|
Biru kehitaman
|
2
|
Tepung Beras +
KI + I2
|
Biru kehitaman
|
3
|
Amilum + KI +
I2
|
Biru kehitaman
|
4
|
Tepung Maizena
+ KI + I2
|
Biru kehitaman
|
5
|
Sukrosa + KI +
I2
|
Biru → Kuning
|
6
|
Maltosa + KI +
I2
|
Biru → Kuning
|
7
|
Glukosa + KI +
I2
|
Biru → Kuning
|
8
|
Friktosa + KI
+ I2
|
Biru → Kuning
|
C.
Uji
Benedict
No
|
Bahan
|
Hasil
Setelah Dipanaskan
|
1
|
Tepung
Terigu
|
Tidak
berubah, tetap berwarna biru
|
2
|
Tepung
Beras
|
Tidak
berubah, tetap berwarna biru
|
3
|
Glukosa
|
Larutan
Hijau diatas larutan merah bata dibawah
|
4
|
Maizena
|
Tidak
berubah tetap berwarna biru
|
5
|
Amilum
|
Tidak
berubah tetap berwarna biru
|
6
|
Maltosa
|
Larutan
hijau diatas, berah bata dibawah
|
7
|
Sukrosa
|
Larutan
hijau diatas, berah bata dibawah
|
8
|
Fruktosa
|
Berwarna
merah bata
|
D. Uji Fehling
No
|
Cara
Kerja
|
Hasil
Pengamatan
|
1
|
Larutan
Glukosa + Fehling A + Fehling B
|
Warna
Biru → Merah Bata
|
2
|
Larutan
Fruktosa + Fehling A + Fehling B
|
Warna
Biru → Orange
|
3
|
Larutan
Sukrosa + Fehling A + Fehling B
|
Warna
Biru → Coklat dan terdapat endapan orange
|
4
|
Tepung Maizena + Fehling A + Fehling B
|
Warna
Biru → Hijau pekat & terdapat endapan
|
5
|
Tepung
Terigu + Fehling A + Fehling B
|
Warna
Biru → Biru pekat dan terdapat 2 lapisan endapan berwarna putih dan ungu
|
6
|
Larutan
Maltosa+ Fehling A + Fehling B
|
Warna
Biru → Coklat
|
7
|
Larutan
Amilum+ Fehling A + Fehling B
|
Warna
Biru → Biru kehijauan
|
8
|
Tepung
Beras+ Fehling A + Fehling B
|
Warna
Biru → Biru muda dan terdapat endapan ungu
|
4.2
Hasil Pembahasan
Pada uji molisch, hasil uji menunjukkan bahwa
semua bahan yang diuji adalah karbohidrat. Pereaksi
molisch membentuk cincin yaitu pada larutan fruktosa, maltose. Pada maltosa terbentuk cincin berwarna merah,
tapi setelah diencerkan warnanya berubah menjadi warna ungu. Sedangkan pada
fruktosa terdapat cincin merah dan terdapat endapan berwarna u ngu. Hal ini
sesuai dengan literatur uji molisch terhadap karbohidrat yaitu berwarna ungu. Pada
tepung terigu, tepung beras, tepung maizena hasil yang di dapat sama dengan uji
molisch pada sukrosa, yaitu menghasilkan endapan berwarna ungu. Glukosa pada
uji molisch juga menghasilkan sedikit endapan berwarna ungu. Pada amilum, hasil
yang didapatkan yaitu larutan berwarna putih keruh dan terdapat sedikit
endapan.
Pada uji benedict, hasil uji positif ditunjukkan oleh fruktosa,
glukosa, maltosa, dan, sedangkan untuk karbohidrat berupa tepung terigu, glukosa, tepung beras,
maizena, dan amilum.
Sekalipun aldosa atau ketosa berada dalam bentuk sikliknya, namun
bentuk ini berada dalam kesetimbangannya dengan sejumlah kecil aldehida atau
keton rantai terbuka, sehingga gugus aldehida atau keton ini dapat mereduksi
berbagai macam reduktor, oleh karena itu, karbohidrat yang menunjukkan hasil
reaksi positif dinamakan gula pereduksi. Pada sukrosa, walaupun tersusun oleh
glukosa dan fruktosa, namun atom karbon anomerik keduanya saling terikat,
sehingga pada setiap unit monosakarida tidak lagi terdapat gugus aldehida atau
keton yang dapat bermutarotasi menjadi rantai terbuka, hal ini menyebabkan
sukrosa tak dapat mereduksi pereaksi benedict. Pada pati/amilum, tepung terigu, tepung beras, dan tepung maizena, sekalipun terdapat glukosa rantai terbuka pada ujung rantai
polimer, namun konsentrasinya sangatlah kecil dan tidak tereduksi oleh CU2+ ,
sehingga warna uji positif hasil reaksi tidak didapatkan.
Pada hasil uji fehling A dan B pada karbohidrat
menurut litelatur terdapat endapan berwarna kuning kemerahan. Pada larutan
glukosa + fehling A dan B menghasilkan dari warna biru menjadi merah bata. Pada
uji coba fruktosa + fehling A dan B
menghasilkan dari warna biru menjadi warna orange. Pada uji coba sukrosa +
fehling A dan B menghasilkan dari warna biru menjadi coklat dan terdapat warna
orange. Pada uji coba maizena + fehling A dan B menghasilkan dari warna biru
menjadi hijau pekat dan terdapat endapan. Pada uji coba terigu ++ fehling A dan
B menghasilkan dari warna biru menjadi biru pekat dan terdapat dua lapisan
endapan berwarna putih dan unggu. Pada uji coba maltosa + fehling A dan B
menghasilkan dari warna coklat. Pada uji coba amilum + fehling A dan B
menghasilkan dari warna biru kehijauan. Pada uji coba tepung beras + fehling A
dan B menghasilkan dari warna biru muda dan terdapat endapan unggu. Pada
percobaan fehling A dan B ini sesuai dengan literatur.
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Pada praktikum karbohisrat semuanya
sesuai dengan literatur. Pada uji molisch menurut literatur berwarna ungu dan
terdapat cincin. Pada uji KI (Yodium) juga sesuai literatur berwarna glikogen
merah, iodin berwarna biru. Pada uji Benedict sesuai literatur berwarna merah
bata, kadang hijau, dan orange. Sedangkan pada uji Fehling A dan B, berwarna
kuning atau merah bata sesuai literatur.
5.2 Saran
Pada praktikum biokim ini sebaiknya menggunakan
perlengkapan praktikum seperti sarung tangan, jas lab, masker. Hendaknya
ruangan dikondusifkan, jangan terlalu padat.
DAFTAR PUSTAKA
Anonim1. 2011. Uji Kulaitatif Untuk Identifikasi Karbohidrat. arifqbio.multiply
multiplycontent.com. Diakses pada
Jumat 28 November 2011 pukul 19.00 WIB.
Anonim2. 2010. Seliwanof f’s
Test.en.wikipedia.com/Selliwanoff_test. Diakses
pada Jumat tanggal 28 November 2011
pukul 19.15 WIB.
Clark,John M. 1964.
Experimental Biochemistry. WH Freeman and Company.
San Franciso
Eaton,David C. 1980. The
World of Organic Chemistry.Mc-Graw-Hill Book
Company. New york.
Fessenden, Ralp J. 1990. Kimia Organik Edisi Ketiga. Jakarta: Erlangga.
Helmiyesi. 2008. Pengaruh Lama Penyimpanan Terhadap
Kadar Gula
dan Vitamin
C pada Buah Jeruk Siam (Citrus nobilis var. microcarpa). eprints.undip.ac.id. Diakses pada Jumat 28
November 2011 pukul 20.00 WIB.
Morrison, Robert Thornton. 1983. Organic Chemistry Fourth Edit. New York:
New York University.
Ratnayani, K. 2008. Penentuan Kadar
Glukosa dan Fruktosa pada Madu Randu
dan Madu Kelengkeng dengan Metode
Kromatografi Cair Kinerja
Tinggi.ejournal.unud.ac.id.Diakses pada Jumat 28
November 2011 pukul 20.00 WIB.
Waryat. 2006. Perbandingan Pemanis
(Sukrosa,Fruktosa dan Glukosa)
Terhadap
Mutu Permen Jelly Rumput Laut Eucheuma cottonii. www.faperta.ugm.ac.id.
Diakses pada Jumat 28 November 2011
pukul 20.00 WIB.
LAMPIRAN
Sebelum percobaan
Benedict Tepung
Maizena
Amilum Fruktosa
Tepung
Beras Tepung
Terigu
Tepung Beras
Amilum Maltosa Sukrosa
Tepung Terigu Glukrosa Setelah Uji
Benedict
Tidak ada komentar:
Posting Komentar