Senin, 08 April 2013

LAPORAN KARBOHIDAT BIOKIMIA


LAPORAN ANALISA KUALITATIF KARBOHIDRAT


Di susun Oleh:

Kelompok 3
Riko Irwanto (A1D010004)
Wiwit Sutiani (A1D010012)
Anika Sri (A1D010013)
Rin Anggraini (A1D010029)
Ririn Kurniati (A1D010023)
Rahmad Darmawan (A1D010043)
Leztia Fahlevi (A1D010031)


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS BENGKULU
TAHUN 2011/2012

BAB I
PENDAHULUAN
1.1    Latar Belakang
Karbohidrat merupakan polihidroksi aldehida atau keton, atau senyawa yang menghasilkan senyawa ini bila dihidrolisa. Secara umum terdapat tiga macam karbohidrat berdasarkan hasil hidrolisisnya, yaitu monosakarida, oligosakarida, dan polisakarida. Oligosakarida adalah rantai pendek unit monosakarida yang terdiri dari 2 sampai 10 unit monosakarida yang digabung bersama-sama oleh ikatan kovalen dan biasanya bersifat larut dalam air. Polisakarida adalah polimer monosakarida yang terdiri dari ratusan atau ribuan monosakarida yang dihubungkan dengan ikatan 1,4-a-glikosida (a=alfa)
Didalam dunia hayati, kita dapat mengenal berbagai jenis karbohidrat, baik yang berfunsi sebagai pembangun struktur maupun yang berperan funsional dalam proses metabolisme. Berbagai uji telah dikembangkan untuk analisis kualitatif maupun kuantitatif terhadap keberadaan karbohidrat, mulai dari yang membedakan jenis-jenis karbohidrat dari yang lain sampai pada yang mampu membedakan jenis-jenis karbohidrat secara spesifik. Uji reaksi tersebut meliputi uji Molisch, Barfoed, Benedict, Selliwanof dan uji Iod.
Kedudukan karbohidrat sangatlah penting pada manusia dan hewan tingkat tinggi lainnya, yaitu sebagai sumber kalori. Karbohidrat juga mempunyai fungsi biologi lainnya yang tak kalah penting bagi beberapa makhluk hidup tingkat rendah, ragi misalnya, mengubah karbohidrat (glukosa) menjadi alkohol dan karbon dioksida untuk menghasilkan energi
2          C6H12O6 ——> 2C2H5OH + 2CO2 + energi

1.2 Tujuan
Ø  Mengetahui ada tidaknya kandungan karbohidrat dalam suatu sampel dapat dilakukan dengan uji Molish, Uji Biol, Uji Orsinol, dan Seliwanof.
Ø  Menguji adanaya gugus aldehid atau sifat reduksi dapat dilakukan dengan uji Barfoed, Fuchsin, Tollens, Fehling, dan Benedict.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Karbohidrat merupakan senyawa karbon, hydrogen dan oksigen yang terdapat dalam alam. Banyak karbohidrat mempunyai rumus empiris CH2O. Karbohidrat sebenarnya adalah polisakarida aldehida dan keton atau turunan mereka. Salah satu perbedaan utama antara pelbagai tipe tipe karbohidrat ialah ukurannya. Monosakarida adalah satuan karbohidrat yang tersederhana, mereka tidak dapat dihidrolisis enjadi molekul karbohidrat yang lebih kecil. Monosakarida dapat diikat bersama-sama membentuk dimer, trimer dan sebagainya dan akhirnya polimer.. Sedangkan monosakarida yang mengandung gugus aldehid disebut aldosa.Glukosa, galaktosa, ribose, dan deoksiribosa semuanya adalah aldosa. Monosakarida seperti fruktosa dengan gugus keton disebut ketosa. Karbohidrat tersusun dari dua atau delapan satuan monosakarida dirujuk sebagai oligosakarida (Fessenden, 1990).
Karbohidrat adalah polihidroksildehida dan keton polihidroksil atau turunannya. Selain itu, ia juga disusun oleh dua sampai delapan monosakarida yang dirujuk sebagai oligosakarida. Karbohidrat mempunyai rumus umum Cn(H2O)n. Rumus itu membuat para ahli kimia zaman dahulu menganggap karbohidrat adalah hidrat dari karbon.Penting bagi kita untuk lebih banyak mengetahui tentang karbohidrat beserta reaksi-reaksinya, karena ia sangat penting bagi kehidupan manusia dan mahluk hidup lainnya (Anonim1,2011).
Karbohidrat yang tidak bisa dihrolisis ke susunan yang lebih simpel dinamakan monosakarida, karbohidrat yang dapat dihidrolisis menjadi dua molekul monosakarida dinamakan disakarida. Sedangkan karbohidrat yang dapat dihidrolisis menjadi banyak molekul monosakarida dinamakan polisakarida. Monosakarida bisa diklasifikasikan lebih jauh, jika mengandung grup aldehid maka disebut aldosa, jika mengandung grup keton maka disebut ketosa. Glukosa punya struktur molekul C6H12O6, tersusun atas enam karbon, rantai lurus, dan pentahidroksil aldehid maka glukosa adalah aldosa. Contoh ketosa yang penting adalah fruktosa, yang banyak ditemui pada buah dan berkombinasi dengan glukosa pada sukrosa disakarida (Morrison,1983).
Banyak tes digunakan untuk mengetahui karakteristik karbohidrat. Uji Molisch adalah pengujian paling umum untuk semua karbohidrat, ini berdasarkan kemampuan karbohidrat untuk mengalami dehidrasi asam katalis untuk menghasilkan fulfural atau 5 hydroxymethylfurfural. Uji Selliwanoff digunakan untuk membedakan ketosa (enam karbon gula yang mengandung keton pada ujung sisi) dan aldosa (enam karbon gula yang mengandung aldehid pada ujung). Keton mengdehidrasi dengan cepat menghasilkan 5 hydroxymethylfurfural,sedangkan aldosa lebih lambat. Sekali 5 hydroxymethylfurfural dihasilkan, akan bereaksi dengan resosinol menghasilkan warna merah. Uji Benedict digunakan untuk menentukan monosakari dan disakarida yang mengandung grup aldehid yang dapat dioksidasi asam karboksil. Gula akan mereduksi ion kupri pada larutan Benedict. Uji Barfoed untuk memisahkan antara monosakarida dengan disakarida yang dapat mereduksi ion kupri. Reagen barfoed bereaksi dengan monosakarida untuk menghasilkan kupri oksida lebih cepat dibanding disakarida (Eaton,1980).
Keberadaan karbohidrat dapat kita lihat dengan uji Molisch atau uji bahan gula bebas, alkohol naphthol, dan H2SO4. Pada uji benedict ion kupriCu2+ direduksi menjadi Cu2O dalam larutan alkalin sitrat. Sitrat menahan kestabilan Cu2+ selama reaksi dengan menjaga dari pengurangan menjadi hitam, larutan CuO. Dalam uji Barfoed Cu2+ tereduksi menjadi Cu2O pada larutan asam lemah. Secara praktek, dapat terlihat bahwa monosakarida mengurangi lebih cepat pada larutan asam lemah daripada disakarida. Uji Selliwanof reaksi spesifik warna untuk ketosa. Pada larutan HCl,ketosa mengalami dehidrasi menjadi fulfural lebih cepat dibanding aldosa. Lebih jauh, fulfural akan bereaksi dengan resolsinol menghasilkan warna. Dengan konsekuensi, tingkat perkembangan warna dan resolsinol menyediakan bukti bahwa aldosa dan ketosa murni terdapat pada gula (Clark,1964).
Uji Selliwanoff digunakan untuk membedakan aldosa dan ketosa. Ketosa dan aldosa berbeda pada penyusun keton atau aldehyd. Jika gula mengandung keton maka itu adalah ketosa, sedangkan jika mengnadung adehid maka itu adalah aldosa. Tes ini berdasar atas jika dipanaskan keton akan lebih cepat terdehidrasi dibanding aldosa. Reaksi Selliwanoff adalah sebagai berikut Reagen yang digunakan adalah resosinol dan asam hidrocloric (Anonim2,2011)
Kadar gula penyusun madu menurut SII selama ini ditentukan berdasarkan total gula pereduksi sehingga belum bisa diketahui kadar masing- masing gula penyusun madu tersebut. Madu mengandung berbagai jenis gula pereduksi yaitu glukosa, fruktosa, dan maltosa. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kadar glukosa dan fruktosa dengam metode KCKT terhadap dua jenis madu dari jenis bunga yang berbeda. Kondisi operasional KCKT diatur pada suhu kolom 80ºC dan laju alir 1 mL/menit, menggunakan kolom metacarb 87C dan eluen air deionisasi. Deteksi dilakukan dengan menggunakan detektor indeks bias, dimana glukosa dan fruktosa dipisahkan pada waktu retensi masing-masing sekitar 6 dan 7 menit. Prosedur tersebut digunakan untuk penentuan kadar glukosa dan fruktosa pada sampel madu yaitu madu randu dan madu kelengkeng. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kadar glukosa pada madu randu adalah sebesar 27,13 % dan pada madu kelengkeng sebesar 28,09 %. Kadar fruktosa pada madu randu sebesar 40,99 % dan pada madu kelengkeng sebesar 40,03 %. Hal ini menunjukkan bahwa masing-masing sampel yang diteliti memiliki kadar glukosa dan fruktosa yang sesuai dengan syarat mutu madu nasional dimana kandungan gula pereduksi (glukosa dan frukosa) total adalah minimal 60%. Kadar gula pereduksi total pada madu randu adalah sebesar 68,12 % sedangkan pada madu kelengkeng sebesar 68,12% (Ratnayani,2008).
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh kosentrasi gelatin terhadap tekstur permen jelly rumput laut dan mengetahui pengaruh perbandingan pemanis (sukrosa, glukosa dan fruktosa) terhadap mutu organoleptik, sifat fisik dan kimia permen jelly rumput laut (Eucheuma cottonii). Perlakuan gelatin yang digunakan 5%, 7,5% ,10% dan control (0%)  kemudian dilakukan uji organoleptik, tekstur, warna dan penampakan produk keseluruhan. Sedangkan untuk perlakuan perbandingan pemanis (sukrosa, glukosa dan fruktosa) dengan total pemanis 16% pada setiap perlakuan adalah penambahan sukrosa (A1), penambahan sirup glukosa dan sukrosa (A2), penambahan HFS dan sirup glukosa (A3), penambahan HFS dan sukrosa (A4), penambahan sirup glukosa, HFS dan sukrosa (A5). Hasil yang didapat bahwa konsentrasi gelatin 0% pada permen jelly paling disukai oleh konsumen. Sedangkan mutu permen jelly rumput laut yang tebaik dengan perbandingan pemanis (sukrosa, glukosa, dan fruktosa) terdapat pada perlakuan penambahan perbandingan pemanis sirup glukosa dan sukrosa yang memiliki kandungan kadar air 19,165%, kadar abu 0,305%, kadar lemak 1,16%, karbohidrat 76,31%, protein 2,625%, kadar serat kasar 3,806%, total gula 35,915%, pH 5,1 serta total kapang dan khamir 0,5x101 koloni/g (Waryat,2006).
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana pengaruh lama penyimpanan terhadap kadar gula dan vitamin C serta berapa hari penyimpanan sebaiknya dilakukan. Percobaan meliputi 4 perlakuan dan 5 ulangan. Perlakuan yang dimaksud adalah penyimpanan yaitu 0 hari ( kontrol ), 5 hari, 10 hari, dan 15 hari. Parameter yang diamati adalah kadar gula, kadar vitamin C dan susut berat buah. Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL), apabila ada beda nyata dipaki uji lanjut Duncan pada taraf significan 5 %. Hasil penelitian ini menunjukan bahawa kadar gula buah Jeruk Siam pada penyimapanan 5 dan 10 hari mengalami kenaikan dibanding kontrol. Pada penyimapanan 15 hari kadar gula mulai menurun dibandingkan penyimpanan 5 dan 10 hari namun sama dengan kadar gula kontrol. Kadar vitamin C pada penyimapanan 5 hari tidak mengalami perubahan dibandingkan kontrol namun mulai terjadi penurunan pada penyimpanan 10 dan 15 hari (Helmiyesi, 2008).
BAB III
HASIL DAN PEMBAHASAN
3.1 Alat dan Bahan
Alat
Bahan
Ø  Tabung Reaksi
Ø  Spot Plate.
Ø  Water bath atau lampu bensin.
Ø  Pipet tetes
Ø  Neraca  analitik
Ø  Rak tabung reaksi
Ø  Alat penangas air
Ø  Penjepit


Ø  Glukosa 1 %, Fruktosa 1%, Maltosa 1%, sukrosa 1 % , Xylosa 1 %, Pati 1 %, Laktosa 1 %,Kentang, Larutan Tepung Beras, Tepung Ketan, Asam Sulfat Pekat.
Ø  Larutan Alpha naftol 5 % dalam etanol (dibuat baru).
Ø  Larutan Yodium (terdiri dari kristal yodium, kalium yodida, Aquades.
Ø  Reagen Benedict: A {(17,5 gr Sodium citrat + 10 gr Sodium carbonat) dalam 80 ml air hangat )}. B. {(17,5 gr CuSo4 dalam 20 ml H2o)}. Campurkan A dan B perlahan-lahan dan diaduk.
Ø  Reagen Seli wanoft, Larutan Molish.



3.2 Cara Kerja
A. Uji molish
Ø  3 ml sampel + 2 tetes pereaksi molish → campur rata
Ø  Ditambahkan perlahan-lahan melalui dinding tabung 3 ml asam sulfat pekat
Ø  Jika sampel mengandung KH, akan membentuk cincin  berwarna merah pada permukaan lapisan bawah. Warna merah segera berubah menjadi ungu tua.
Ø  Diamkan 2 menit + 5 ml air  → endapan warna ungu
B. Uji KI (iodium)
Ø  Pada papan uji diteteskan bahan yang akan diuji, ditambahkan dengan 1 tetes iodium encer dan campurkan merata.
C. Uji benedict
Ø  5 ml reaksi benedict dimasukkan ke dalam tabung reaksi
Ø  Kemudian ditambahkan 8 tetes larutan bahan yang diuji dicampur rata dan didihkan selama 5 menit biarkan sampai dingin.
Ø  Jika terdapat endapan → terdapat gula pereduksi, dan jika larutan jernih → uji negatif
D. Uji fehling
Ø  Sebanyak 2 tetes (0,05 g) sampel + 2 sampai 3 ml fehling dipanaskan dengan penangas air 3 – 4 menit amati endapan yang terjadi
Ø  Jika terdapat pereduksi warna biru pereaksi fehling hilang, endapan merah atau kuning CU2O akan terbentuk.






BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil Percobaan
A.    Tabel 1. Hasil uji molisch beberapa jenis karbohidrat
No
Cara Kerja
Hasil Pengamatan
1
Tepung Terigu + Pereaksi Molish + 3 ml H2So4 + 5 ml air
Sama dengan sukrosa
2
Tepung Beras + Pereaksi Molish + 3 ml H2So4 + 5 ml air
Sukrosa
3
Tepung Maizena + Pereaksi Molish + 3 ml H2So4 + 5 ml air
Sukrosa
4
Amilum + Pereaksi Molish + 3 ml H2So4 + 5 ml air
Berwarna putih keruh & terdapat sedikit endapan
5
Sukrosa + Pereaksi Molish + 3 ml H2So4 + 5 ml air
Endapan Ungu
6
Maltosa + Pereaksi Molish + 3 ml H2So4 + 5 ml air
Terbentuk cincin berwarna merah setelah diencerkan terdapat warna ungu.
7
Glukosa  + Pereaksi Molish + 3 ml H2So4 + 5 ml air
Endapan ungu sedikit.
8
Fruktosa  + Pereaksi Molish + 3 ml H2So4 + 5 ml air
Masih ada cincin merah dan terdapat endapan ungu.

B.     Tabel 3. Hasil Uji (Yodium)
No
Cara Kerja
Hasil Pengamatan
1
Tepung Terigu + KI + I2
Biru kehitaman
2
Tepung Beras + KI + I2
Biru kehitaman
3
Amilum + KI + I2
Biru kehitaman
4
Tepung Maizena + KI + I2
Biru kehitaman
5
Sukrosa + KI + I2
Biru → Kuning
6
Maltosa + KI + I2
Biru → Kuning
7
Glukosa + KI + I2
Biru → Kuning
8
Friktosa + KI + I2
Biru → Kuning

C.    Uji Benedict
No
Bahan
Hasil Setelah Dipanaskan
1
Tepung Terigu
Tidak berubah, tetap berwarna biru
2
Tepung Beras
Tidak berubah, tetap berwarna biru
3
Glukosa
Larutan Hijau diatas larutan merah bata dibawah
4
Maizena
Tidak berubah tetap berwarna biru
5
Amilum
Tidak berubah tetap berwarna biru
6
Maltosa
Larutan hijau diatas, berah bata dibawah
7
Sukrosa
Larutan hijau diatas, berah bata dibawah
8
Fruktosa
Berwarna merah bata

D.    Uji Fehling
No
Cara Kerja
Hasil Pengamatan
1
Larutan Glukosa + Fehling A + Fehling B
Warna Biru → Merah Bata
2
Larutan Fruktosa + Fehling A + Fehling B
Warna Biru → Orange
3
Larutan Sukrosa + Fehling A + Fehling B
Warna Biru → Coklat dan terdapat endapan orange
4
Tepung  Maizena + Fehling A + Fehling B
Warna Biru → Hijau pekat & terdapat endapan
5
Tepung Terigu + Fehling A + Fehling B
Warna Biru → Biru pekat dan terdapat 2 lapisan endapan berwarna putih dan ungu
6
Larutan Maltosa+ Fehling A + Fehling B
Warna Biru → Coklat
7
Larutan Amilum+ Fehling A + Fehling B
Warna Biru → Biru kehijauan
8
Tepung Beras+ Fehling A + Fehling B
Warna Biru → Biru muda dan terdapat endapan ungu

4.2  Hasil Pembahasan
Pada uji molisch, hasil uji menunjukkan bahwa semua bahan yang diuji adalah karbohidrat. Pereaksi molisch membentuk cincin yaitu pada larutan fruktosa, maltose. Pada maltosa terbentuk cincin berwarna merah, tapi setelah diencerkan warnanya berubah menjadi warna ungu. Sedangkan pada fruktosa terdapat cincin merah dan terdapat endapan berwarna u ngu. Hal ini sesuai dengan literatur uji molisch terhadap karbohidrat yaitu berwarna ungu. Pada tepung terigu, tepung beras, tepung maizena hasil yang di dapat sama dengan uji molisch pada sukrosa, yaitu menghasilkan endapan berwarna ungu. Glukosa pada uji molisch juga menghasilkan sedikit endapan berwarna ungu. Pada amilum, hasil yang didapatkan yaitu larutan berwarna putih keruh dan terdapat sedikit endapan.
Pada uji benedict, hasil uji positif ditunjukkan oleh fruktosa, glukosa, maltosa, dan, sedangkan untuk karbohidrat berupa tepung terigu, glukosa, tepung beras, maizena, dan amilum.
Sekalipun aldosa atau ketosa berada dalam bentuk sikliknya, namun bentuk ini berada dalam kesetimbangannya dengan sejumlah kecil aldehida atau keton rantai terbuka, sehingga gugus aldehida atau keton ini dapat mereduksi berbagai macam reduktor, oleh karena itu, karbohidrat yang menunjukkan hasil reaksi positif dinamakan gula pereduksi. Pada sukrosa, walaupun tersusun oleh glukosa dan fruktosa, namun atom karbon anomerik keduanya saling terikat, sehingga pada setiap unit monosakarida tidak lagi terdapat gugus aldehida atau keton yang dapat bermutarotasi menjadi rantai terbuka, hal ini menyebabkan sukrosa tak dapat mereduksi pereaksi benedict. Pada pati/amilum, tepung terigu, tepung beras, dan tepung maizena, sekalipun terdapat glukosa rantai terbuka pada ujung rantai polimer, namun konsentrasinya sangatlah kecil dan tidak tereduksi oleh CU2+ , sehingga warna uji positif hasil reaksi tidak didapatkan.
Pada hasil uji fehling A dan B pada karbohidrat menurut litelatur terdapat endapan berwarna kuning kemerahan. Pada larutan glukosa + fehling A dan B menghasilkan dari warna biru menjadi merah bata. Pada uji coba fruktosa +  fehling A dan B menghasilkan dari warna biru menjadi warna orange. Pada uji coba sukrosa + fehling A dan B menghasilkan dari warna biru menjadi coklat dan terdapat warna orange. Pada uji coba maizena + fehling A dan B menghasilkan dari warna biru menjadi hijau pekat dan terdapat endapan. Pada uji coba terigu ++ fehling A dan B menghasilkan dari warna biru menjadi biru pekat dan terdapat dua lapisan endapan berwarna putih dan unggu. Pada uji coba maltosa + fehling A dan B menghasilkan dari warna coklat. Pada uji coba amilum + fehling A dan B menghasilkan dari warna biru kehijauan. Pada uji coba tepung beras + fehling A dan B menghasilkan dari warna biru muda dan terdapat endapan unggu. Pada percobaan fehling A dan B ini sesuai dengan literatur.


BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
            Pada praktikum karbohisrat semuanya sesuai dengan literatur. Pada uji molisch menurut literatur berwarna ungu dan terdapat cincin. Pada uji KI (Yodium) juga sesuai literatur berwarna glikogen merah, iodin berwarna biru. Pada uji Benedict sesuai literatur berwarna merah bata, kadang hijau, dan orange. Sedangkan pada uji Fehling A dan B, berwarna kuning atau merah bata sesuai literatur.
5.2 Saran
Pada praktikum biokim ini sebaiknya menggunakan perlengkapan praktikum seperti sarung tangan, jas lab, masker. Hendaknya ruangan dikondusifkan, jangan terlalu padat.

DAFTAR PUSTAKA

Anonim1. 2011. Uji Kulaitatif Untuk Identifikasi Karbohidrat. arifqbio.multiply
multiplycontent.com. Diakses pada Jumat 28 November 2011 pukul 19.00 WIB.
                                                                                             
Anonim2. 2010. Seliwanof f’s Test.en.wikipedia.com/Selliwanoff_test. Diakses
pada Jumat tanggal 28 November 2011 pukul 19.15 WIB.

Clark,John M. 1964. Experimental Biochemistry. WH Freeman and Company.
San Franciso

Eaton,David C. 1980. The World of Organic Chemistry.Mc-Graw-Hill Book
Company. New york.

Fessenden, Ralp J. 1990. Kimia Organik Edisi Ketiga. Jakarta: Erlangga.

Helmiyesi. 2008. Pengaruh Lama Penyimpanan Terhadap Kadar Gula 
dan Vitamin C pada Buah Jeruk Siam (Citrus nobilis var. microcarpa). eprints.undip.ac.id. Diakses pada Jumat 28 November 2011 pukul 20.00 WIB.

Morrison, Robert Thornton. 1983. Organic Chemistry Fourth Edit. New York:
New York University.

Ratnayani, K. 2008. Penentuan Kadar Glukosa dan Fruktosa pada Madu Randu
dan Madu Kelengkeng dengan Metode Kromatografi Cair Kinerja
Tinggi.ejournal.unud.ac.id.Diakses pada Jumat 28 November 2011 pukul 20.00 WIB.
                                                                                                                  
Waryat. 2006. Perbandingan Pemanis (Sukrosa,Fruktosa dan Glukosa)
Terhadap Mutu Permen Jelly Rumput Laut Eucheuma cottonii. www.faperta.ugm.ac.id. Diakses pada Jumat 28 November 2011 pukul 20.00 WIB.

LAMPIRAN
  
Sebelum percobaan Benedict                                                  Tepung Maizena
  
Amilum                                               Fruktosa
   
                                                            Tepung Beras                                      Tepung Terigu
  
Tepung Beras
  
Amilum                                                           Maltosa                                               Sukrosa
  
Tepung Terigu                                     Glukrosa                                  Setelah Uji Benedict



Tidak ada komentar:

Posting Komentar